Sarbanes
Oxley Act
Sarbanes
Oxley Act (SOA) merupakan suatu
undang-uandang yang disahkan oleh Presiden Walker Bush pada tanggal 30 Juli
2002, terdiri dari 11 judul atau bagian yang menetapkan hal-hal mulai dari
tanggung jawab tambahan Dewan Perusahaan hingga hukuman pidana. 11 judul atau
bagian tersebut adalah Auditor Independence, Corporate Responsibility,
Enhanched Financial Disclosures, Analyst Conflict of Interest, Commission
Resources and Authority, Studies and Report, Criminal and Fraud Accountability,
White-Collar Crime Penalty Enchancements, Corporate Tax Returns dan Corporate
Fraud Accountability.
Undang-undang
ini dibuat dan disahkan sebagai tanggapan akibat dampak terjadinya sejumlah
skandal besar perusahaan. Kecurangan yang terjadi menyebabkan beberapa
perusahan besar di Amerika bangkrut karena jatuhnya harga saham yang membuat
pasar saham pun kehilangan kepercayaannya. Agar kepercayaan para investor
terhadap pasar saham kembali maka di tetapkannya SOA.
Terjadi
pro dan kontra dalam penetapan SOA. Bagi mereka yang pro terhadap ditetapkannya
SOA mengatakan bahwa penetapan diperlukan untuk mengembalikan kepercayaan
masyarakat terhadap pasar modal yang diimbangi dengan adanya pengawasan yang
kuat. Sedangkan bagi mereka yang kontra terhadap ditetapkannya SOA mengatakan
bahwa penetapan justru akan berdampak pada semakin sedikitnya perusahaan kecil
dan menengah yang ingin go publik karena diwajibkannya menyisihkan anggaran
rata-rata sebesar US$4.7 juta untuk menerapkan pengendalian intern yang dipersyaratkan
oleh SOA.
Diluar
dari pro dan kontra yang berkaitan dengan penetapan SOA, pemerintah berusaha
untuk mewujudkan adanya persaingan yang sehat, melindungi konsumen dari
kecurangan-kecurangan, serta mencegah upaya terjadinya tindakan pelanggaran
etika melalui SOA. Berikut adalah isi pokok dari Sarbanes Oxley Act:
1. Membentuk
Public Company Board untuk melakukan pengawasan terhadap perusahaan publik
2. Menetapkan
syarat bahwa anggota komite audit adalah orang yang ahli dalam bidang keuangan
3. Perusahaan
harus disclosure apabila terdapat ketidak konsistenan mengenai transaksi
keuangan pemegang saham
4. Chief
Executive Officer dan Chief Financial Officer harus melakukan sertifikasi
validitas pembuatan laporan keuangan perusahaan
5. Menetapkan
bahwa kantor akuntan publik hanya dapat menerima tawaran jasa sebagai konsultan
6. Perusahaan
harus mempunyai kode etik yang terdaftar pada SEC
7. Memberikan
perlindungan kepada setiap konsumen apabila terdapat tindakan menyimpang
Diterbitkannya
Sarbanes Oxley diharapkan dapat menjadi suatu pembelajaran bagi para akuntan,
auditor dan para penguji kecurangan agar senantiasa bertanggung jawab terhadap
semua kewajibannya sehingga dapat mengetahui pengaruh tindakannya bagi
organisasi publik, swasta, maupun organisasi lainnya akibat tindakannya apabila
melanggar kode etik yang sudah ditetapkan.
Kecurangan
yang terjadi pada peristiwa Sarbanes Oxley ini tentu berkaitan dengan etika
profesi, bahwa mereka yang berperan didalamnya sudah melanggar prinsip etika
profesi yang ada dan dapat dikatakan bahwa mereka tidak bertanggung jawab dalam
menjalankan profesinya, menyalahgunakan kepercayaan terhadap semua pihak yang
telah menggunakan jasanya, serta tidak menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam kegiatan yang dilakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar